Rabu, 21 Maret 2012

Gunung Tambora dan Napoleon Bonaparte


Ketika semua mata tertuju kepada peristiwa kapal Titanic yang tanggal 15 April mendatang merupakan 100 tahun tenggelamnya kapal pesiar tersebut, ada baiknya sebagai warga bangsa Indonesia tidak melupakan kejadian yang lebih banyak memakan korban dan menimbulkan fenomena alam yang menyebar ke benua Eropa. Kejadian tersebut adalah letusan dahsyat gunung Tambora.


Akibat letusan ini pun merambat sampai ke Benua Eropa. Inilah penyebabnya, tinggi asap letusan mencapai stratosfer, dengan ketinggian lebih dari 43 km. Partikel abu jatuh 1 sampai 2 minggu setelah letusan, tetapi terdapat partikel abu yang tetap berada di atmosfer bumi selama beberapa bulan sampai beberapa tahun pada ketinggian 10-30 km. Angin bujur menyebarkan partikel tersebut di sekeliling dunia, membuat terjadinya fenomena. Matahari terbenam yang berwarna dan senja terlihat di London, Inggris antara tanggal 28 Juni dan 2 Juli 1815 dan 3 September dan 7 Oktober 1815. Pancaran cahaya langit senja muncul berwarna orange atau merah di dekat ufuk langit dan ungu atau merah muda di atas.

Berikut kisah Napoleon Bonaparte dan Gunung Tambora
Spoiler:
kabaranya Napoleon Bonaparte pun sampai harus bertekuk lutut di tangan Inggris dan Prussia. Setelah tiga hari Tambora meletus, tepatnya pada 18 Juni 1815, Napoleon terjebak musuh dikarenakan sepanjang hari cuaca memburuk. Hujan terus mengguyur kawasan tersebut. Padahal tentara Prancis saat itu sedang menuju laga pertempuran.

Akibat cuaca buruk, roda kereta penghela meriam terjebak lumpur. Semua kendaraan tak bisa melaju dengan mulus. Tanahnya licin, berselimutkan salju. Maklum, abu tebal dari letusan Gunung Tambora masih bertebaran di atmosfer sehingga menghalangi sinar matahari yang jatuh ke bumi.

Perang Waterloo itu menjadi kisah tragis bagi Napoleon. Kehebatan Napoleon dalam menundukkan musuh-musuhnya berakhir sudah. Ia pun menyerah kalah. Jenderal itu lalu dibuang ke Pulau Saint Helena, sebuah pulau kecil di selatan Samudra Atlantik. Di pulau terpencil itulah ia menghabiskan waktunya hingga meninggal dunia pada 1821 akibat serangan kanker.

Kenneth Spink, seorang pakar geologi berteori, bahwa cuaca buruk akibat letusan Gunung Tambora menjadi salah satu pemicu kekalahan Napoleon. Pada pertemuan ilmiah tentang Applied Geosciences di Warwick, Inggris (1996), Spink mengatakan bahwa letusan Gunung Tambora telah berdampak besar terhadap tatanan iklim dunia kala itu, termasuk cuaca buruk di Waterloo pada Juni 1815.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...