Lady Gaga mengenakan busana Tex Saverio dalam iklan parfum 'Fame'.
Lady Gaga mengenakan busana Tex Saverio dalam iklan parfum 'Fame'.
Bangga rasanya
jika mendengar bahwa banyak karya anak bangsa yang sudah melanglang
dunia. Tak hanya sekadar dipakai oleh kalangan awam, beberapa bahkan
dimiliki dan jadi favorit seleb dunia.
Seperti mereka-mereka yang produknya sudah dipakai oleh kalangan
pesohor dunia. Sebut saja Tex Saverio, Daniel Mananta, Nancy Go, dan
Niluh Putu Ayu Pertami.
Tex Saverio, desainer favorit Lady Gaga
Tex Saverio bisa dibilang sebagai desainer favorit Lady Gaga.
Mengapa? Karena salah satu koleksi gaun musim semi 2011-nya yang
pernah ditampilkan di Jakarta Fashion Week, La Glacon, mendadak muncul
di Harper’s Bazaar AS. Lebih hebat lagi, sosok yang mengenakan La
Glacon adalah penyanyi top dunia, Lady Gaga.
Begitu juga saat pelantun
Paparazzi tersebut meluncurkan
iklan parfum terbarunya, Fame. Rancangan Tex kembali terpilih
untuk dikenakan oleh Gaga. Lewat akun twitternya, Rio, panggilan
akrabnya mengumumkan kalau gaun hitam futuristik dengan aksen jaring di
bagian dada yang dikenakan Gaga pada iklan tersebut adalah
hasil rancangannya.
Tak hanya itu, Lady Gaga juga menggunakan gaun rancangan Rio setiap kali menyanyikan lagu
Bloody Mary, selama rangkaian tur konser Asia bertajuk
The Born This Way Ball.
Atas semua prestasinya itu, tak pelak jika Rio kemudian
digadang-gadang sebagai Alexander McQueen-nya Indonesia. “Tak
bisa tidak, kami memikirkan McQueen ketika melihat gaun ini (La
Glacon),” kata selebritas blogger Perez Hilton di blog modenya,
cocoperez.com.
Rio sendiri tertawa melihat dirinya dibandingkan dengan perancang
terkemuka dunia itu. “Itu terlalu berlebihan. Saya tidak ada apa-apanya
dibanding dia. Satu hal yang pasti, itu akan menjadi motivasi saya,”
katanya di blog pribadinya, blog.texsaverio.com.
Rio sudah bercita-cita menjadi perancang sejak ia duduk di bangku
SMA. Pria kelahiran tahun 1984 ini menceritakan, ia memang hobi
menggambar sejak kecil. Ia bahkan menggambar di tengah pelajaran.
“Sampai-sampai salah satu guru saya suatu hari berkata pada saya, ‘Jika
saya jadi kamu, saya tidak akan pergi ke sekolah ini. Saya akan pergi ke
sekolah mode. Kenapa kamu tidak mencari perancang busana saja," kenang
Rio tentang gurunya itu.
Tepat seperti itulah yang dilakukan Rio. Ia keluar dari sekolah dan
fokus mempelajari mode. Rio memenangkan penghargaan pertamanya,
Mercedes-Benz Asia Fashion Award, ketika ia baru berumur 21 tahun.
Prestasinya ini kemudian dilanjutkan dengan La Glacon yang dikenakan
oleh Lady Gaga.
Daniel Mananta, spesialis kaus konser untuk seleb
Daniel mengaku kaget manajemen Maroon 5 memintanya untuk mengirimkan
kaus Damn! I Love Indonesia buatanya untuk dikenakan vokalis Adam
Levine. Tak hanya kaget, Daniel mengaku kalau ia sampai gemetaran.
"Tahun lalu saya minta ke promotornya, Melanie Subono, untuk kasih
baju ke Maroon 5. Saya bilang, ditandatangani saja sudah senang,
deh," ujar
presenter Indonesian Idol itu. Melanie pun mengirimi Daniel foto
personel Maroon 5 berpose dengan kaus Damn! I Love Indonesia yang
sudah mereka tanda tangani.
Tiba-tiba, sebulan sebelum konser di Jakarta pada 4 Oktober 2012
lalu, manajemen Maroon 5 menghubungi Java Musikindo. "Mereka minta pakai
kaus Damn! I Love Indonesia. Akhirnya Adam Levine pakai kausnya selama
dua per tiga konser," kata mantan VJ MTV itu.
Selain Adam Levine, menurut Daniel, ada beberapa artis internasional
lain yang sudah memakai produknya. Artis Korea, Jay Park, bahkan
memakai kausnya selama 3 jam konser. "BSB, David Beckham juga pernah
pakai. Senang banget ya, saya yakin bisa menjadi seperti kaus I Love NY
yang terkenal itu," ucapnya bangga.
Terakhir adalah Lee Seung Gi, penyanyi dan aktor asal Korea Selatan
yang mengenakan kaus ini saat konsernya minggu malam, 4 November 2012,
di Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat.
Nancy Go, Paris Hilton pun rela beli tas display
Nancy Go tidak pernah membayangkan tas Bagteria rancangannya diterima
dan digandrungi para seleb dunia, seperti Emma Thompson, Anggun, dan
Putri Zara Phillips. Bahkan saking naksir berat, Paris Hilton rela
membeli tas
display di New York Fashion Week.
Tas Bagteria hasil desain Nancy memang berbeda dan berkelas. Harga
tas eksklusif dari bahan-bahan terpilih ini antara Rp 1 juta
sampai puluhan juta rupiah. Kualitas produk tas tersebut lebih dikenal
para seleb dan sosialita dunia ketimbang di dalam negeri.
Harga tas Bagteria yang mahal karena bahan dasarnya bukan bahan
sembarangan. Selain teknik sulam, renda dan payet yang dijahit tangan,
pernak-perniknya unik dan eksklusif. Sebut saja, kristal swarovski,
sterling silver,
gold platted, kulit ikan dari Islandia, kulit burung unta (
ostrich), bahkan gading gajah purba (
mammoth) yang sudah punah. “Saya dapat gading mammoth langsung dari Siberia, sebagai pengganti gading gajah,” ujar Nancy.
Saat ini, Nancy rutin mengeluarkan desain baru per musim. Setiap
musim, ia mengeluarkan 25 desain. Untuk menjaga eksklusivitas,
setiap desain hanya keluar tiga seri warna, dan setiap warna hanya
diproduksi 299 unit di seluruh dunia.
Kunci kesuksesan tas miliknya adalah konsistensi menjaga keunikan dan
kualitas produk. “Itu penting agar produk bisa selalu diterima
di mancanegara,” ungkap Nancy.
Niluh Putu Ary Pertami,
Sejumlah pesohor asal Hollywood, seperti Uma Thurman, Tara Reid,
Robyn Gibson (mantan istri Mel Gibson), supermodel Gisele Bundchen,
dan Julia Robert merupakan sebagian wanita yang fanatik memakai sepatu
Nilou. Sepatu
made in Bali ini kini dipajang di ratusan etalase di 20 negara, selain di kantor pusat Nilou di Denpasar.
Cerita Ni Luh membangun bisnis sepatu memang tak semudah membalik
telapak tangan. Ia sempat jatuh bangun sebelum akhirnya menuai
kesuksesan. Pada 2003, saat menjabat sebagai direktur pemasaran di
sebuah perusahaan garmen terkemuka di Bali, Ni Luh ingin berpindah
haluan. Bersama rekannya dari Perancis yang juga pecinta sepatu,
ia mendirikan usaha pembuatan sepatu. Tapi, sayangnya, bisnisnya ambruk.
Ni Luh lalu kembali mencoba peruntungan di bisnis sepatu. Kali ini ia
berjuang sendiri. Ia menggunakan uang tabungan sebesar Rp3 juta untuk
modal awal. Toko pertamanya pun tak sedap dipandang mata, temboknya
kusam, beberapa bagian kayu sudah mulai lapuk, dan sebagian ruangan
masih berdinding gedhek.
Saking tipisnya modal usaha, anak pasangan Ni Nyoman Palmi dan I Putu
Djelantik ini hanya mampu memajang tiga sepatu di etalase toko.
Agar tak merugi, Ni Luh baru akan membuat sepatu kalau ada yang
memesan.
Seiring dengan berjalannya waktu, untuk membesarkan usaha, Ni Luh
nekat meminjam Rp15 juta dari bank. Modal tambahan itu sebagian besar
digunakan untuk memperbaiki penampilan toko, dan tentu saja belanja
modal. Kala itu, ia sudah memiliki dua pekerja. Satu tukang sepatu dan
satu lagi pelayan toko. Ia pun menggunakan slang namanya, Nilou sebagai
brand dan nama toko.
Pada 2004, Ni Luh mendapatkan kontrak
outsource dari jaringan ritel Topshop yang berpusat di Inggris. Ini membuat pintu perdagangan ke Eropa terbuka lebar.
Keberuntungan tampaknya mulai menaungi wanita kelahiran 15 Juni 1975
ini. Di tahun 2004, datang seorang wanita berkewarganegaraan Australia,
Sally Power, ke gerai Nilou di kawasan Seminyak, Bali. Ia mengaku
terkesan dengan sepatu Nilou dan menawarkan diri untuk menjadi
distributor di Negeri Kanguru.
Kini, berbeda dengan saat memulai usaha, Nilou memiliki kapasitas
produksi 200 pasang sepatu per bulan. Dahulu, ia hanya punya dua
karyawan. Kini, ia dibantu oleh 22 karyawan dan tiga asisten
kepercayaan. Sepatu-sepatunya kebanyakan memakai bahan baku kulit asli,
yang dikombinasikan dengan karung goni, kuningan, kayu, hingga
manik-manik. Supaya terkesan eksklusif, harga sepasang sepatu
Nilou antara Rp700.000 hingga Rp4 juta.