Sabtu, 29 Juni 2013

Konsep Bangunan Ikonik Peruri 88 di Kota Jakarta



Jakarta sebagai kota Internasional tidak ketinggalan untuk membangun pencakar langit dengan model trendi seperti yang ada di kota kota Internasional lainnya. Bangunan akan berfungsi untuk peruntukan "mix use" berupa perkantoran, hotel, hunian, bioskop Imax, Shopping Centre, Kuliner dll.
Desain bangunan dilakukan oleh kolaborasi antara tim desain internasional MVRDV, The Jerde Partnership, dan ARUP, bersama dengan Wijaya Karya - Benhil Property, akan menciptakan Peruri 88 - sebuah landmark ikonik baru untuk Jakarta.

Peruri 88 akan menjadi sebuah "kota" vertikal dalam satu gedung yang mengkombinasikan kebutuhan akan ruang hijau di tempat yang padat. Gedung ini dibangun dengan tinggi 400 meter yang diisi bermacam-macam projek dari retail, perkantoran, hunian, hotel mewah, empat lantai parkir, sebuah aula perkawinan, mesjid, bioskop imax, dan theater outdoor.
Tim ini mempresentasikan konsep gedung ini kepada Peruri untuk dibangun di Jl. Palatehan 4, Jakarta yang akan berada tepat di sebelah stasiun metro yang akan dibangun.
Struktur gedung ini mempunyai 5 pondasi dasar, dan tidak sekompleks yang terlihat. Empat menara akan dibangun antara lantai jembatan penghubung.
Beberapa hotel kelas internasional, retail, dan apartemen operator sudah menunjukkan minatnya di gedung ini, dan apabila tim ini memenangkan lobi tersebut, pembangunan akan segera dilaksanakan.
Silahkan Anda nilai sendiri desain dari tim MRDV-Jerde-ARUP ini:

Masjid Xian yang Indah, Perpaduan Budaya Islam & Arsitektur China



Masjid Xian di China -myhouseworld
Kalau anda tour wisata ke obyek wisata muslim di China, jangan lupa berkunjung ke masjid Xian. Masjid  ini adalah masjid pertama di China yang menjadi salah satu situs peninggalan penting yang telah berumur lebih dari 1.000 tahun  dan terjaga dengan baik sampai saat ini.


Traditional Chinese Architecture in Xian Mosque
Pintu masuk ke Masjid Xian China dengan ornamen dari batu dan kayu - myhouseworld
Bentuk dan Ornamen Masjid Xian tidak seperti masjid pada umumnya, dan bila dilihat dari luar tampak seperti bukan masjid tetapi seperti kuil.


Great Mosque of Xian
Halaman di didalam area masjid Xian- chinatourguide.com
Xian adalah sebuah masjid kuno dan berumur  lebih dari 1.200 tahun, tetapi bentuk bangunan masih terlihat indah dan asli sampai saat ini. Bagaimana bangunan masjid ini dibuat? Dari batu dan kayu? Masjid dibangun tanpa menggunakan lem atau semen. Hampir seluruh bagian masjid berbentuk  ukiran indah  yang menambah keindahan Masjid Xian.



Bagian interior dalam Masjid Xian-pacificasiaobservatory.org
Arsitektur di masjid ini sangat unik dan menarik sehingga masjid tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai tempat untuk wisata bagi sebagian besar umat Muslim.


Sebagian besar ornamen masjid dibuat dengan menyesuaikan suhu udara di Cina. Pengunjung yang memasuki Masjid Xian akan merasakan kehangatan dan sebagian dari bangunan tersebut dibuat dari kayu halus yang diukir. 
Great Mosque of Xian
Masjid Xian di China yang teduh,tenang dan dipenuhi pepohonan hijau
Selain itu ada juga berbagai ukiran kayu dari batu yang terletak di gerbang masjid. Masjid tersebut dibangun pada zaman Maharaja Cina, Sai Sung Tee  yang dinding interiornya terbuat dari lembaran kayu berukir yang  menambah keindahan masjid. Berbagai ornamen patung memberikan kesan dan kenangan bahwa masjid ini adalah masjid Xian.
Traditional Chinese Architecture in Xian Mosque
Suasana di dalam halaman Masjid Xian China dengan tanaman tertata apik-myhouseworld



Bentuk bangunan arsitektur  tradisional China melekat dengan budaya Islam
Masjid Raya Xian desainnya merupakan kombinasi budaya Islam dengan arsitektur tradisional  China yang dibangun  742 AD dinasti Tang (618 – 907 AD)

Masjid Xian tidak hanya untuk tempat ibadah, tetapi juga menjadi bagian Obyek Tujuan Wisata 








close-up of inscription

close-up of doorway

mosque doorway chinese architecture



sumber

Kamis, 27 Juni 2013

Misteri U-196, Kapal Selam Nazi yang Hilang di Pelabuhan Ratu





U-196 sedang mengisi bahan bakar di tengah lautan.

Dari sejumlah kapal selam Jerman yang beraksi di perairan Indonesia, adalah U-196 yang masih menyimpan misteri keberadaannya.

Sampai kini, nasib kapal selam Type IXD2 itu hanya dikabarkan hilang di Laut Kidul (sebutan lain untuk bagian selatan Samudra Hindia).

Berbagai catatan resmi u-boat di Jerman, U-196 dinyatakan hilang bersama seluruh 65 awaknya di lepas pantai Sukabumi sejak 1 Desember 1944. Sehari sebelumnya, kapal selam yang dikomandani Werner Striegler itu, diduga mengalami nasib nahas saat menyelam.

Kapal selam U-196 meninggalkan Jakarta pada 29 November 1944, namun kemudian tak diketahui lagi posisi terakhir mereka selepas melintas Selat Sunda. Pesan rutin terakhir kapal selam itu pada 30 November 1944 hanya "mengabarkan" terkena ledakan akibat membentur ranjau laut lalu tenggelam.

Namun dari ketidakjelasan nasib para awak U-196, ada satu nama yang dinyatakan meninggal di Indonesia. Ia adalah Letnan Dr. Heinz Haake yang makamnya ada di Kampung Arca Domas Bogor, bersama sembilan tentara Nazi Jerman lainnya.

Minim catatan mengapa jasad Haake dapat dimakamkan di sana, sedangkan rekan-rekannya yang lain tak jelas nasibnya. Hanya kabarnya, ia dimakamkan atas permintaan keluarganya.

Selama kariernya, U-196 pernah mencatat prestasi saat masih dipimpin komandan sebelumnya, Friedrich Kentrat. Kapal selam itu melakukan tugas patroli terlama di kedalaman laut selama 225 hari, mulai 13 Maret s.d. 23 Oktober 1943. Kapal tersebut menenggelamkan tiga kapal musuh dengan total bobot 17.739 GRT.



U-196 baru meninggalkan galangan kapalnya untuk berpatroli menyusuri lautan
Posisi Friedrich Kentrat kemudian digantikan Werner Striegler (mantan komandan U-IT23) sejak 1 Oktober 1944, sampai kemudian U-196 mengalami musibah sebulan kemudian.

Kendati demikian, sebagian pihak masih berspekulasi atas tidak jelasnya nasib sebagian besar awak U-196. Walau secara umum mereka dinyatakan ikut hilang bersama kapal selam itu di Laut Kidul, namun ada yang menduga sebagian besar selamat.

Konon, kapal ini datang ke Amerika Selatan kemudian sebagian awaknya bermukim di Iqueque, Chile. Dari sini pun, tak jelas lagi apakah U-196 akhirnya benar-benar beristirahat di sana, apakah kemudian kapal selam itu ditenggelamkan atau dijual ke tukang loak sebagai besi tua, dll.

Seseorang yang mengirimkan e-mail dari Inggris, yang dikirimkan 14 Oktober 2004, masih mencari informasi yang jelas tentang keberadaan nasib awak U-196. Ia menduga, U-196 sebenarnya tidak mengalami kecelakaan terkena ranjau di sekitar Selat Sunda dan Laut Kidul, sedangkan para awaknya kemudian menetap di Cile.

Keyakinannya diperoleh setelah membaca sebuah surat kabar di Cile, sejumlah awak kapal selam Jerman telah berkumpul di Iqueque pada tahun 1945. Mereka tiba bersamaan dengan kapal penjelajah Almirante Latorre, yang mengawal mereka selama perjalanan dari Samudra Hindia. Di bawah perlindungan kapal penjelajah itu, kapal selam tersebut beberapa kali bersembunyi di perairan sejumlah pulau, sebelum akhirnya berlabuh di Pantai Selatan Cile.

Yang menimbulkan pertanyaan dirinya, mengapa setelah tiba di Cile, tak ada seorang pun awaknya pulang ke Jerman atau mencoba bergabung kembali dengan kesatuan mereka. Ini ditambah, minimnya kabar selama 50 tahun terakhir yang seolah-olah "menggelapkan" kejelasan nasib U-196, dibandingkan berbagai u-boat lainnya yang sama-sama beraksi di Indonesia.

Entahlah, kalau saja Dr. Heinz Haake masih hidup dan menjadi warga negara Indonesia, mungkin ia dapat menceritakan peristiwa yang sebenarnya menimpa U-196! BTW, berdasarkan data dari Volksbund, Oberleutnant (Ing.) Dr. Heinz Haake lahir tanggal 21 Januari 1914 dan meninggal bulan November 1944 (tanpa tanggal).
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...