Jogjakarta sangat
kaya dengan peninggalan purbakala, hanya saja kurang promosi sehingga
sangat sedikit peminatnya. Candi peninggalan kerajaan Hindu-Budha
bertebaran di daerah ini(Terutama di wilayah Jogja bagian timur). Karena
kurang di promosikan kebanyakan orang tahu bahwa di Jogja hanya ada
Candi Prambanan, atau sebagian juga ada yang berpikiran selain Candi
Prambanan di Jogja ada Candi Borobudur. Kalau Candi
Borobudur berada di wilayah Jogja, itu salah besar, karena candi
Borobudur berada di Kabupaten Magelang provinsi Jawa Tengah. Candi
Borobudur lebih dekat ke Jogja ketimbang Semarang(ibukota Provinsi Jawa
tengah), Wisatawan ke Jogjakarta dulu baru ke Borobudur, makanya ada
yang menganggap Borobudur objek wisata di Jogjakarta.
Objek wisata
Candi gak Cuma candi Borobudur(Jateng) dan Candi Prambanan(Jogjakarta)
saja, masih banyak Candi-candi lain yang gak kalah menarik untuk di
kunjungi. Walaupun gak sebesar kedua candi tersebut tapi tetap saja
menarik karena memiliki ciri khas tersendiri.
Baru-baru ini
saya mengunjungi Candi Ijo. Rasa penasaran saya terhadap Candi-candi
yang berada di Jogjakarta, membawa saya sampai ke Candi ini. Candi
berlokasi di atas Bukit yang bernama Gumuk Ijo (Gumuk=Bukit) di Dusun
Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman. Rute dari Jogja,
Jalan Jogja-Solo, sampai pertigaan sebelum Candi Prambanan belok kanan
(Jalan Prambanan-Wonosari), ikuti jalan tersebut akan ketemu Plang
menunjukan arah Candi Ijo, beberapa meter dari Plang ada jalan kecil di
timur jalan raya jalan inilah yang harus di lalu untuk sampai ke candi
Ijo. Jalan menuju Candi Ijo kecil dan menanjak (namanya juga berada di
lereng bukit) jadi harus berhati-hati. Sepanjang perjalanan akan
disuguhi pemandangan alam yang menyegarkan mata, dapat melihat daerah
yang tempatnya lebih rendah. Jalan gak terlalu sepi karena ada
rumah-rumah penduduk dan juga ada aktivitas penambangan batu kapur.
Tidak sulit menemukan Candi Ijo, Candi kelihatan dari Jalan.
Sebelum
masuk ke areal candi, pengunjung harus lapor terlebih dahulu sama
penjaga keamanan Candi. Gak perlu beli tiket masuk, hanya diminta
memberi donasi (seiklasnya saja,hehe). Candi sangat sepi pengunjung,
karena tidak terkenal seperti candi Prambanan atau Borobudur. Jangan
kaget bila kesana Kalau candi gak ada pengunjung selain kita.
Candi Ijo merupakan komplek percandian yang bercorak hindu. Di beri nama Candi ijo karena letak candi berada
dilereng bukit yang bernama Bukit Ijo(Gumuk Ijo). Candi Ijo pertama
kali di temukan tanpa sengaja oleh seorang administrator pabrik gula sorogedug
yang bernama H.E Doorepasi pada tahun 1886. Waktu ia mencari lahan
untuk bertanan tebu. Candi Ijo merupakan candi yang paling tinggi
letaknya di banding candi-candi lain yang ada di daerah Jogjakarta,
Candi ini berada diketinggian 375 dpl. Sehingga candi ini di kenal juga
dengan sebutan “Candi Tertinggi di Jogjakarta”. Candi Tertinggi bukan
karena tingginya bangunan candi melainkan karena letaknya yang tinggi.
Candi
ini terdiri dari 11 teras yang semakin meninggi kebelakang, Bagian
paling belakang berfungsi sebagai pusat candi. Pola seperti ini sangat
berbeda dengan pola percandian dikawasan Prambanan, yang kebanyakan
candi pola memusat ke tengah. Pola yang seperti ini satu keunikan candi Ijo, Pola candi lebih menyerupai pola candi-candi yang berada di daerah jawa timur.
Pada teras ke
11 yang merupakan pusat candi dijumpai 1 candi utama dan 3 buah candi
perwara/candi pendamping yan berada di depan candi Utama(sebelah barat).
Dalam candi utama dapat kita jumpai patung lingga-yoni. Lingga
berbentuk selinder berada di atas penampang yang disebut Yoni. Ukuran
cukup besar, Lingga-Yoni di candi Ijo merupakan salah satu Lingga-Yoni yang
terbesar di Indonesia. Lingga-Yoni merepresentasikan Dewa Siwa dan Dewi
Parwati yang merujuk pada sifat laki-laki dan perempuan, sehingga
bermakna kesuburan dan awal mula kehidupan. Di Candi Perwara bagian
tengah ada arca lembu yang bernama Nandini dan arca Padmasana. Dalam
mitologi hindu Nandini dianggap sebagai kendaraan dewa Siwa. Pada candi
Perwara di sisi selatan ada sebuah Yoni bentuknya hampir sama dengan
Yoni pada candi Induk hanya ukuran saja lebih kecil. Bangunan candi pada
teras yang lebih rendah,(teras 1 sampai teras 10) bangunanya sudah
rubuh, yang tinggal hanya bebatuan candi, mungkin sudah banyak yang
hilang sehingga tidak dapat di satukan lagi.
Pada
umumnya candi berfungsi sebagai tempat pemujaan dewa-dewa. Dalam
kitab-kitab india kuno menyebutkan bahwa pemilihan lokasi untuk
mendirikan suatu bangunan kuil dewa, lebih utama dibanding kuil itu
sendiri. Lokasi kuil biasanya suatu lahan yang memiliki tanah yang subur
dan dekat dengan sumber mata air. Candi Ijo berada di bukit kapur yang
tidak subur dan merupakan candi yang palingtinggi dari diatas permukaan
laut di banding candi-candi lain. Memperlihatkan bahwa Candi Ijo
menempati lahan yang bukan di peruntukan bagi dewa, karena tanah yang
tidak subur dan jauh dari mata air, Bertolak belakang dengan anjuran
pemilihan lahan kuil dalam kitab india kuno. Oleh karenanya, Belum ada
kepastian interpretasi hal ini (Apa candi perfungi untuk pemujaan dewa
atau tidak).
Ada
guyonan sebagian orang tentang candi Ijo, bernama candi Ijo karena
tempat tinggalnya Kolor Ijo ma Buto Ijo,hehehe. Cuma guyonan, buktinya
waktu kesana saya gak ketemu ma kedua mahluk itu, jadi nggak usah takut
kalau mau berkunjung kesana. Berada diketinggian 375 dpl, jadi nuansa
pegunungan sangat terasa disini. Dari areal candi dapat melihat sebagian
daerah Jogjakarta(pemukiman penduduk yang tampak kecil), dan juga
menyaksikan pesawat terbang yang landing dan take off di landasan pacu
bandara Adi Sucipto. Melayangkan pandangan kearah utara terlihat gunung
merapi yang berdiri kokoh, Material vulkanik sisa letusan beberapa waktu
yang lalu juga dapat kita lihat di lereng gunung itu.