Rabu, 09 November 2011

Satu Lagi, Misteri Hobbit Flores Terkuak

Penelitian terbaru membantah spekulasi hobbit punah dimangsa burung raksasa di Flores.


Hobit - Gua Liang Bua, Flores (Mikhail Tsyganov)

Nusa Tenggara Timur tak hanya punya Komodo, hewan unik dari zaman purba yang berhabitat di sana. Sebuah gua di Pulau Flores, Liang Bua menguak eksistensi manusia hobbit, yang ukurannya mini, jauh lebih kecil dari manusia kebanyakan. Nama ilmiahnya, Homo floresiensis.


Seperti dimuat Scientific American, 6 November 2011, kini, studi fosil burung yang berada dalam gua yang sama dengan hobbit, memberi titik terang terkait kerabat manusia yang lenyap misterius itu.

Ilmuwan menemukan, pulau tempat di mana hobbit tinggal memiliki keanekaragaman ekologis tinggi. Para peneliti kali pertamanya mengumumkan penemuan hobbit pada 2004. Sejak itu, fosilnya menjadi obyek ketertarikan, juga bahan kontroversi.

Para hobbit tinggal di Pulau Flores, salah satu bagian dari kepulauan Indonesia. Ia hidup bersama dengan tikus raksasa, kerabat gajah yang disebut stegodon, dan naga Komodo yang menakutkan.

Penelitian terbaru yang dilakukan Henneke Meijer dari Smithsonian Institution dan Badan Arkeologi Indonesia menunjukkan, kala itu -- sekitar 17.000 tahun lalu -- juga hidup banyak jenis burung. Hal ini dipresentasikan Meijer dalam pertemuan Society of Vertebrate Paleontology.

Meijer mengaku melihat ratusan tulang belulang burung terkubur di dalam tanah di Liang Bua. Di antaranya ada walet dan jenis burung yang berkicau. Peneliti perempuan itu juga mengidentifikasi burung air -- yang mengindikasikan ada rawa, dataran berlumpur, dan danau di dekat gua tersebut.

Saat ini, sungai bernama Wae Racang berada dalam jarak 200 meter dan mengalir di kedalaman 30 meter di bawah Liang Bua. Tulang-bekulang burung itu memiliki tanda serangan pemangsanya, yang mungkin memangsa mereka ke dalam gua. "Jumlah spesies burung yang kami dapatkan di Liang Bua lebih banyak dari tempat lain," kata Meijer.

Temuan yang paling menarik dalam gua adalah fosil burung bangau marabou (marabou stork) yang mati di gua itu 25.000 tahun lalu. Bentuknya mirip dengan burung nasar berkepala putih yang saat ini hidup di Afrika. Namun bentuknya jauh lebih besar.

Tingginya hampir dua meter, menjulang jauh lebih tinggi dari para hobbit. Ini yang menimbulkan spekulasi: hobbit punah dimangsa burung raksasa.

Namun, karena burung bangkai dan burung nasar modern tidak berburu, namun mengais, Meijer menduga, burung di Flores di masa itu juga mencari makan dengan cara yang sama. "Satu-satunya alasan mereka ada di Liang Bua adalah mencari makanan mereka, bangkai," kata dia. Dia menduga, bangkai bayi stegodon yang dibawa hobbit ke gua mereka, menarik perhatian burung itu.

Lalu, bagaimana dengan spekulasi burung raksasa memangsa hobbit?

Dia menjelaskan, Flores saat itu tidak memiliki predator mamalia besar seperti yang ditemukan di Afrika sekarang. Ini mungkin hasil dari fenomena yang dikenal sebagai 'pengerdilan' di mana mamalia lebih besar dari kelinci cenderung berevolusi ukuran tubuh kecil sebagai adaptasi terhadap sumber daya yang terbatas yang tersedia di pulau itu.

Naga Komodo, hobbit yang dilengkapi senjata batu, burung bangau dan bangkai, saling berkompetisi berburu stegodon. Namun, ini baru skrenario yang spekulatif - seperti halnya spekulasi yang mengatakan burung raksasa memangsa hobit. Meijer mengaku masih harus menguji hipotesisnya. Itu artinya, misteri manusia hobbit dari Flores belum terjawab tuntas.

Ilustrasi burung raksasa di Flores

• VIVAnews
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...